Kolose:Para Murid Kristus: Perbedaan antara revisi

Dari In-Christ Wiki, Wiki Kristen Indonesia
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Bennylin (bicara | kontrib)
m
 
Bennylin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 1: Baris 1:
<pre>
Penting bagi kita untuk mencermati lebih dekat bagaimana dua belas pengikut terdekat Tuhan tanpa sadar telah menjadi alat Iblis dalam peperangan Iblis melawan Yesus. Setidaknya, Iblis memunyai dua tujuan ketika bekerja melalui sahabat Yesus. Pertama, ia sangat ingin meyakinkan Yesus bahwa manusia tidak layak menerima semua rencana yang akan dilakukan-Nya bagi mereka. Kedua, ia sangat membenci sang Juru Selamat sehingga bahkan jika ia gagal melaksanakan tujuan ini, ia dapat menambah penderitaan dan rasa malu dalam perjalanan-Nya ke kayu salib.
  Penting bagi kita untuk mencermati lebih dekat bagaimana dua belas
  pengikut terdekat Tuhan tanpa sadar telah menjadi alat Iblis dalam
  peperangan Iblis melawan Yesus. Setidaknya, Iblis memunyai dua
  tujuan ketika bekerja melalui sahabat Yesus. Pertama, ia sangat
  ingin meyakinkan Yesus bahwa manusia tidak layak menerima semua
  rencana yang akan dilakukan-Nya bagi mereka. Kedua, ia sangat
  membenci sang Juru Selamat sehingga bahkan jika ia gagal
  melaksanakan tujuan ini, ia dapat menambah penderitaan dan rasa malu
  dalam perjalanan-Nya ke kayu salib.


  Kita harus ingat bahwa melalui kematian-Nyalah, bukan melalui
Kita harus ingat bahwa melalui kematian-Nyalah, bukan melalui penderitaan fisik dan psikologis yang mendahuluinya, Dia membayar harga dosa manusia. Dari dulu sampai sekarang, Allah bukanlah rentenir yang menuntut Yesus membayar dengan penderitaan yang layak kita terima karena dosa kita. Penderitaan dan rasa malu yang dialami Yesus dalam perjalanan-Nya menuju kematian terjadi karena Allah mengizinkan Iblis bertindak sekuat tenaga untuk menghancurkan Yesus dan memenangkan pertempurannya melawan Putra Allah itu. Fakta ini menjelaskan pernyataan yang telah Yesus ungkapkan kepada kelompok yang menangkap diri-Nya di Getsemani, "... inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu." (Lukas 22:53) Kita akan menelusuri peristiwa-peristiwa pada bagian kisah ini dalam urutan kronologisnya.
  penderitaan fisik dan psikologis yang mendahuluinya, Dia membayar
  harga dosa manusia. Dari dulu sampai sekarang, Allah bukanlah
  rentenir yang menuntut Yesus membayar dengan penderitaan yang layak
  kita terima karena dosa kita. Penderitaan dan rasa malu yang dialami
  Yesus dalam perjalanan-Nya menuju kematian terjadi karena Allah
  mengizinkan Iblis bertindak sekuat tenaga untuk menghancurkan Yesus
  dan memenangkan pertempurannya melawan Putra Allah itu. Fakta ini
  menjelaskan pernyataan yang telah Yesus ungkapkan kepada kelompok
  yang menangkap diri-Nya di Getsemani, "... inilah saat kamu, dan
  inilah kuasa kegelapan itu." (Lukas 22:53) Kita akan menelusuri
  peristiwa-peristiwa pada bagian kisah ini dalam urutan
  kronologisnya.


  Sikap Masa Bodoh Petrus, Yakobus, dan Yohanes
== Sikap Masa Bodoh Petrus, Yakobus, dan Yohanes ==


  Yesus memasuki Taman Getsemani kira-kira 1 jam sebelum tengah malam.
Yesus memasuki Taman Getsemani kira-kira 1 jam sebelum tengah malam. Dia memberi tahu kedelapan murid-Nya untuk duduk dan berdoa. Lalu Dia mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes masuk lebih dalam ke taman itu dan berkata, "Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." (Matius 26:38b) Dia berjalan sedikit menjauh dari mereka, sujud ke tanah, berdoa, lalu kembali menghampiri ketiga murid-Nya itu dan mendapati mereka tertidur. Orang dapat merasakan luka batin dalam perkataan-Nya, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (ayat 40b-41). Dia tahu mereka akan segera dicobai untuk meninggalkan-Nya dan melarikan diri.
  Dia memberi tahu kedelapan murid-Nya untuk duduk dan berdoa. Lalu
  Dia mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes masuk lebih dalam ke taman
  itu dan berkata, "Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan
  Aku." (Matius 26:38b) Dia berjalan sedikit menjauh dari mereka,
  sujud ke tanah, berdoa, lalu kembali menghampiri ketiga murid-Nya
  itu dan mendapati mereka tertidur. Orang dapat merasakan luka batin
  dalam perkataan-Nya, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam
  dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh
  ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (ayat
  40b-41). Dia tahu mereka akan segera dicobai untuk meninggalkan-Nya
  dan melarikan diri.


  Fakta bahwa Dia mengulang rangkaian kejadian ini tiga kali -- yakni
Fakta bahwa Dia mengulang rangkaian kejadian ini tiga kali -- yakni berdoa, kembali kepada para murid-Nya, dan berbicara kepada mereka -- jelas menunjukkan bahwa sedang terjadi sesuatu yang tidak beres. Biasanya Dia menghabiskan waktu berjam-jam dalam persekutuan dengan Bapa-Nya, tetapi saat ini Dia merindukan dukungan dari murid-murid-Nya. Tampaknya penjelasan terbaik untuk hal ini adalah Dia mulai merasa ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Dengan kesadaran bahwa Dia harus menjalani semua ini seorang diri, Yesus, yang telah mengesampingkan kemuliaan-Nya sebagai Allah untuk menjadi sama dengan kita, merasa sangat sedih. Dia harus menghadapi semua hal yang menanti-Nya itu dengan bentuk emosi, struktur tubuh, dan kerapuhan terhadap penderitaan yang sama seperti yang kita miliki bila kita menghadapi berbagai ujian kehidupan.
  berdoa, kembali kepada para murid-Nya, dan berbicara kepada mereka
  -- jelas menunjukkan bahwa sedang terjadi sesuatu yang tidak beres.
  Biasanya Dia menghabiskan waktu berjam-jam dalam persekutuan dengan
  Bapa-Nya, tetapi saat ini Dia merindukan dukungan dari
  murid-murid-Nya. Tampaknya penjelasan terbaik untuk hal ini adalah
  Dia mulai merasa ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Dengan kesadaran bahwa
  Dia harus menjalani semua ini seorang diri, Yesus, yang telah
  mengesampingkan kemuliaan-Nya sebagai Allah untuk menjadi sama
  dengan kita, merasa sangat sedih. Dia harus menghadapi semua hal
  yang menanti-Nya itu dengan bentuk emosi, struktur tubuh, dan
  kerapuhan terhadap penderitaan yang sama seperti yang kita miliki
  bila kita menghadapi berbagai ujian kehidupan.


  Tidurnya para murid mungkin dapat kita mengerti. Benar, mereka telah
Tidurnya para murid mungkin dapat kita mengerti. Benar, mereka telah melewati hari yang sangat melelahkan. Saat itu, hari sudah hampir tengah malam dan mereka mengantuk. Namun, semestinya mereka menyadari ada hal tidak wajar dan menakutkan yang sedang terjadi. Guru mereka sangat menderita dan dari mereka diharapkan akan saling menjaga apabila tahu bahwa mereka dibutuhkan. Kurangnya simpati yang tulus dari para murid menambah penderitaan Juru Selamat kita.
  melewati hari yang sangat melelahkan. Saat itu, hari sudah hampir
  tengah malam dan mereka mengantuk. Namun, semestinya mereka
  menyadari ada hal tidak wajar dan menakutkan yang sedang terjadi.
  Guru mereka sangat menderita dan dari mereka diharapkan akan saling
  menjaga apabila tahu bahwa mereka dibutuhkan. Kurangnya simpati yang
  tulus dari para murid menambah penderitaan Juru Selamat kita.


  Pengkhianatan Yudas
== Pengkhianatan Yudas ==


  Nama Yudas Iskariot identik dengan pengkhianatan. Ia adalah murid
Nama Yudas Iskariot identik dengan pengkhianatan. Ia adalah murid Yesus yang membawa musuh-musuh Yesus kepada-Nya, mengidentifikasikan Yesus dengan sebuah ciuman. Karena Yesus telah memilihnya sebagai salah seorang dari kedua belas murid-Nya, Dia pasti melihat
  Yesus yang membawa musuh-musuh Yesus kepada-Nya, mengidentifikasikan
  Yesus dengan sebuah ciuman. Karena Yesus telah memilihnya sebagai
  salah seorang dari kedua belas murid-Nya, Dia pasti melihat


  sifat-sifat dalam dirinya yang sesuai dengan para murid lainnya.
sifat-sifat dalam dirinya yang sesuai dengan para murid lainnya. Yesus telah menghargai Yudas dengan menjadikannya bendahara kelompok kecil ini. Dia memasukkan Yudas bersama yang lain sebagai salah seorang dari kedua belas murid-Nya ketika Dia "... memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan." (Matius 10:1) Namun, lelaki yang tampaknya memiliki potensi besar untuk melayani Kerajaan Kristus ini malah menjadi alat musuh.
  Yesus telah menghargai Yudas dengan menjadikannya bendahara kelompok
  kecil ini. Dia memasukkan Yudas bersama yang lain sebagai salah
  seorang dari kedua belas murid-Nya ketika Dia "... memberi kuasa
  kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan
  segala penyakit dan segala kelemahan." (Matius 10:1) Namun, lelaki
  yang tampaknya memiliki potensi besar untuk melayani Kerajaan
  Kristus ini malah menjadi alat musuh.


  Ketika Yudas melihat bahwa Yesus belum siap mendirikan kerajaan yang
Ketika Yudas melihat bahwa Yesus belum siap mendirikan kerajaan yang telah dinantikan sejak lama, tampak jelas bahwa ia sakit hati dan mulai mencuri "uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya" (Yohanes 12:6). Yesus mengetahui apa yang dilakukan Yudas dan telah menyadari pengkhianatan yang sedang direncanakannya, jauh sebelum ia menjalankannya. Sebelumnya Yesus telah menyebut Yudas "iblis" (Yohanes 6:70). Namun Dia menyebutnya dengan cara yang tidak kelihatan agar murid yang lain tidak tahu siapa yang Dia maksud. Pada senja Kamis terakhir itu, dengan jelas Yesus menyatakan bahwa salah seorang dari kedua belas murid-Nya akan mengkhianati-Nya. Dia mengatakan bahwa pengkhianat ini akan melakukan hal yang sama terhadap-Nya seperti yang dilakukan seorang sahabat terhadap Daud di masa silam, sembari mengutip Mazmur 41:10. "Orang yang makan roti- Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku." (Yohanes 13:18)
  telah dinantikan sejak lama, tampak jelas bahwa ia sakit hati dan
  mulai mencuri "uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya"
  (Yohanes 12:6). Yesus mengetahui apa yang dilakukan Yudas dan telah
  menyadari pengkhianatan yang sedang direncanakannya, jauh sebelum ia
  menjalankannya. Sebelumnya Yesus telah menyebut Yudas "iblis"
  (Yohanes 6:70). Namun Dia menyebutnya dengan cara yang tidak
  kelihatan agar murid yang lain tidak tahu siapa yang Dia maksud.
  Pada senja Kamis terakhir itu, dengan jelas Yesus menyatakan bahwa
  salah seorang dari kedua belas murid-Nya akan mengkhianati-Nya. Dia
  mengatakan bahwa pengkhianat ini akan melakukan hal yang sama
  terhadap-Nya seperti yang dilakukan seorang sahabat terhadap Daud di
  masa silam, sembari mengutip Mazmur 41:10. "Orang yang makan roti-
  Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku." (Yohanes 13:18)


  Selanjutnya malam itu, ketika Yesus merayakan Paskah bersama para
Selanjutnya malam itu, ketika Yesus merayakan Paskah bersama para rasul, Dia memberi Yudas tempat terhormat di sisi kiri-Nya, dan Yohanes di sisi kanan-Nya. Hal ini menjelaskan mengapa Dia dapat bercakap-cakap dengan keduanya tanpa terdengar murid-murid lainnya. Tidak lama setelah mereka mulai makan, Yesus mengindentifikasi pengkhianat itu kepada Yohanes saja dengan cara mencelupkan sepotong roti ke dalam pinggan dan memberikannya kepada Yudas. Penghormatan ini biasanya dirasakan sebagai tanda kasih yang diberikan untuk seseorang yang istimewa. Saya yakin itu merupakan suatu permohonan penuh kasih dari Yesus -- permohonan yang lembut untuk bertobat. Saat itu perasaan Yudas pasti berkecamuk, tetapi ia begitu mengeraskan hatinya sehingga ia dapat menolak semua nalurinya yang lebih baik dan melaksanakan yang jahat di hatinya. Hanya setelah Yudas meninggalkan ruangan atas dan tidak kembali, barulah Yesus menyebutnya sebagai yang "telah ditentukan untuk binasa" (Yohanes 17:12).
  rasul, Dia memberi Yudas tempat terhormat di sisi kiri-Nya, dan
  Yohanes di sisi kanan-Nya. Hal ini menjelaskan mengapa Dia dapat
  bercakap-cakap dengan keduanya tanpa terdengar murid-murid lainnya.
  Tidak lama setelah mereka mulai makan, Yesus mengindentifikasi
  pengkhianat itu kepada Yohanes saja dengan cara mencelupkan
  sepotong roti ke dalam pinggan dan memberikannya kepada Yudas.
  Penghormatan ini biasanya dirasakan sebagai tanda kasih yang
  diberikan untuk seseorang yang istimewa. Saya yakin itu merupakan
  suatu permohonan penuh kasih dari Yesus -- permohonan yang lembut
  untuk bertobat. Saat itu perasaan Yudas pasti berkecamuk, tetapi ia
  begitu mengeraskan hatinya sehingga ia dapat menolak semua
  nalurinya yang lebih baik dan melaksanakan yang jahat di hatinya.
  Hanya setelah Yudas meninggalkan ruangan atas dan tidak kembali,
  barulah Yesus menyebutnya sebagai yang "telah ditentukan untuk
  binasa" (Yohanes 17:12).


  Yudas bukanlah korban tidak bersalah dari hukum Allah yang telah
Yudas bukanlah korban tidak bersalah dari hukum Allah yang telah ditetapkan sebelumnya. Ia harus mempertanggungjawabkan keputusannya sendiri. Seharusnya ia tidak bertindak demikian. Jika waktu itu ia menanggapi peringatan terselubung Yesus dengan hati yang telah berubah, maka perkataan Daud dalam Mazmur 41:10 hanya berlaku untuk Raja Daud. Tidak akan berlaku lebih luas lagi. Saat merenungkan nubuat Yesus bahwa salah seorang dari kedua belas murid-Nya akan mengkhianati-Nya, kita harus ingat bahwa pemberitahuan tentang apa yang akan terjadi pada masa mendatang semacam itu acap kali tidak bersyarat. Misalnya, dengan perintah dari Allah, Yunus memberitakan kepada orang Niniwe, "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." (Yunus 3:4b) Menurut catatan, hanya itu yang dikatakan Yunus. Ia tidak menyerukan agar mereka bertobat dan tidak menjanjikan belas kasihan jika mereka bertobat. Namun "Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya." (ayat 10)
  ditetapkan sebelumnya. Ia harus mempertanggungjawabkan keputusannya
  sendiri. Seharusnya ia tidak bertindak demikian. Jika waktu itu ia
  menanggapi peringatan terselubung Yesus dengan hati yang telah
  berubah, maka perkataan Daud dalam Mazmur 41:10 hanya berlaku untuk
  Raja Daud. Tidak akan berlaku lebih luas lagi. Saat merenungkan
  nubuat Yesus bahwa salah seorang dari kedua belas murid-Nya akan
  mengkhianati-Nya, kita harus ingat bahwa pemberitahuan tentang apa
  yang akan terjadi pada masa mendatang semacam itu acap kali tidak
  bersyarat. Misalnya, dengan perintah dari Allah, Yunus memberitakan
  kepada orang Niniwe, "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan
  ditunggangbalikkan." (Yunus 3:4b) Menurut catatan, hanya itu yang
  dikatakan Yunus. Ia tidak menyerukan agar mereka bertobat dan tidak
  menjanjikan belas kasihan jika mereka bertobat. Namun "Ketika Allah
  melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari
  tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka
  yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi
  melakukannya." (ayat 10)


  Contoh yang lain adalah pengalaman Hizkia. Yesaya berkata
Contoh yang lain adalah pengalaman Hizkia. Yesaya berkata kepadanya, "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi" (2 Raja-raja 20:1). Ia tidak memberi petunjuk bahwa pernyataan ini bersyarat. Namun, ketika raja berdoa dan menangis, Tuhan menghentikan Nabi Yesaya sebelum ia meninggalkan istana, memberitahukannya untuk kembali kepada raja dengan membawa kabar baik bahwa Dia telah mendengar doa Hizkia dan akan memberinya perpanjangan hidup 15 tahun lagi (ayat 5,6).
  kepadanya, "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir
  kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi"
  (2 Raja-raja 20:1). Ia tidak memberi petunjuk bahwa pernyataan ini
  bersyarat. Namun, ketika raja berdoa dan menangis, Tuhan
  menghentikan Nabi Yesaya sebelum ia meninggalkan istana,
  memberitahukannya untuk kembali kepada raja dengan membawa kabar
  baik bahwa Dia telah mendengar doa Hizkia dan akan memberinya
  perpanjangan hidup 15 tahun lagi (ayat 5,6).


  Pemberitahuan yang diberikan Allah dalam Alkitab merupakan
Pemberitahuan yang diberikan Allah dalam Alkitab merupakan peringatan tentang apa yang akan terjadi jika manusia atau bangsa-bangsa yang dimaksud tetap bersikeras berada pada jalan mereka saat itu. Allah melihat hati, dan mengetahui apa yang ada di dalam hati ketika peringatan diberikan. Jika melihat adanya perubahan hati, Dia akan membatalkan peringatan itu. Kemampuan Allah melihat sesuatu sebelum hal itu terjadi tidak perlu diragukan lagi. Allah tahu isi hati Yudas dan apa yang akan dilakukannya. Namun kemampuan Allah itu tidak memadamkan hasrat Yudas. Andaikata ia berubah pikiran, mengakui dosanya, dan memohon pengampunan, tentu Allah juga telah mengetahui hal itu sebelumnya. Ia akan membiarkan Yudas melanjutkan pelayanannya dan menjadi salah satu tonggak gereja. Begitulah cara kerja Allah. Dia tidak menjadikan seseorang sebagai sebuah pion yang tidak berdaya di atas papan catur takdir. Sebaliknya, "... Ia sabar ... menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9b)
  peringatan tentang apa yang akan terjadi jika manusia atau
  bangsa-bangsa yang dimaksud tetap bersikeras berada pada jalan
  mereka saat itu. Allah melihat hati, dan mengetahui apa yang ada di
  dalam hati ketika peringatan diberikan. Jika melihat adanya
  perubahan hati, Dia akan membatalkan peringatan itu. Kemampuan Allah
  melihat sesuatu sebelum hal itu terjadi tidak perlu diragukan lagi.
  Allah tahu isi hati Yudas dan apa yang akan dilakukannya. Namun
  kemampuan Allah itu tidak memadamkan hasrat Yudas. Andaikata ia
  berubah pikiran, mengakui dosanya, dan memohon pengampunan, tentu
  Allah juga telah mengetahui hal itu sebelumnya. Ia akan membiarkan
  Yudas melanjutkan pelayanannya dan menjadi salah satu tonggak
  gereja. Begitulah cara kerja Allah. Dia tidak menjadikan seseorang
  sebagai sebuah pion yang tidak berdaya di atas papan catur takdir.
  Sebaliknya, "... Ia sabar ... menghendaki supaya jangan ada yang
  binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."
  (2 Petrus 3:9b)


  Seperti yang telah kita lihat, interaksi antara kehendak ilahi dan
Seperti yang telah kita lihat, interaksi antara kehendak ilahi dan kehendak manusia itu nyata, bahkan pada zaman Perjanjian Lama. Melalui nabi Yeremia, Tuhan telah bersabda, "Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan, dan membinasakannya. Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka." (Yeremia 18:7-8) Fakta bahwa Yudas menjadi seseorang yang "telah ditentukan untuk binasa" bukanlah pekerjaan Allah. Nasib ini adalah akibat perbuatan sang murid itu sendiri.
  kehendak manusia itu nyata, bahkan pada zaman Perjanjian Lama.
  Melalui nabi Yeremia, Tuhan telah bersabda, "Ada kalanya Aku berkata
  tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan
  mencabut, merobohkan, dan membinasakannya. Tetapi apabila bangsa
  yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari
  kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan
  malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka." (Yeremia 18:7-8)
  Fakta bahwa Yudas menjadi seseorang yang "telah ditentukan untuk
  binasa" bukanlah pekerjaan Allah. Nasib ini adalah akibat perbuatan
  sang murid itu sendiri.


  Kita seharusnya juga berhati-hati untuk tidak melupakan peran
Kita seharusnya juga berhati-hati untuk tidak melupakan peran penting yang dimainkan Iblis dalam skenario yang menyedihkan ini. Di atas telah ditunjukkan bahwa tindakan Yesus mencelupkan roti ke dalam pinggan dan memberikannya kepada Yudas merupakan suatu tanda penghormatan yang istimewa. Rasul Yohanes mengatakan "Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis." (Yohanes 13:27a) Iblis dapat melakukan hal itu karena Yudas telah membuka pintu baginya dengan merencanakan pengkhianatan terhadap Yesus. Tidak diragukan lagi, Iblis memperkuat keputusan Yudas. Iblis mungkin telah berharap bahwa perbuatan buruk yang dilakukan salah seorang murid Yesus ini akan sangat menghancurkan hati-Nya sehingga Dia akan memutuskan bahwa manusia tidak layak mendapatkan penebusan-Nya.
  penting yang dimainkan Iblis dalam skenario yang menyedihkan ini.
  Di atas telah ditunjukkan bahwa tindakan Yesus mencelupkan roti ke
  dalam pinggan dan memberikannya kepada Yudas merupakan suatu tanda
  penghormatan yang istimewa. Rasul Yohanes mengatakan "Dan sesudah
  Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis." (Yohanes 13:27a) Iblis
  dapat melakukan hal itu karena Yudas telah membuka pintu baginya
  dengan merencanakan pengkhianatan terhadap Yesus. Tidak diragukan
  lagi, Iblis memperkuat keputusan Yudas. Iblis mungkin telah berharap
  bahwa perbuatan buruk yang dilakukan salah seorang murid Yesus ini
  akan sangat menghancurkan hati-Nya sehingga Dia akan memutuskan
  bahwa manusia tidak layak mendapatkan penebusan-Nya.


  Satu hal yang jelas: Iblis tahu bahwa pengkhianatan yang kejam dari
Satu hal yang jelas: Iblis tahu bahwa pengkhianatan yang kejam dari seorang sahabat akan menambah beban penderitaan yang telah dipikul Yesus. Dikhianati oleh seseorang yang Anda kasihi dan percayai, seseorang yang Anda ajak untuk berbagi rahasia selama ini, merupakan salah satu luka batin yang terdalam di dalam hidup. Anda dapat merasakan denyut penderitaan dalam ucapan Daud, "Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku." (Mazmur 41:10) Inilah saatnya Iblis bekerja. Jika ia tidak dapat mencegah Kristus ke kayu salib, setidaknya ia dapat menambah penderitaan dan rasa malu yang ditanggung sang Juru Selamat. Iblis tahu bahwa pengkhianatan yang kejam dari seorang sahabat akan menambah beban penderitaan yang telah dipikul Yesus.
  seorang sahabat akan menambah beban penderitaan yang telah dipikul
  Yesus. Dikhianati oleh seseorang yang Anda kasihi dan percayai,
  seseorang yang Anda ajak untuk berbagi rahasia selama ini, merupakan
  salah satu luka batin yang terdalam di dalam hidup. Anda dapat
  merasakan denyut penderitaan dalam ucapan Daud, "Bahkan sahabat
  karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat
  tumitnya terhadap aku." (Mazmur 41:10) Inilah saatnya Iblis bekerja.
  Jika ia tidak dapat mencegah Kristus ke kayu salib, setidaknya ia
  dapat menambah penderitaan dan rasa malu yang ditanggung sang Juru
  Selamat. Iblis tahu bahwa pengkhianatan yang kejam dari seorang
  sahabat akan menambah beban penderitaan yang telah dipikul Yesus.


  Rasa Takut Seluruh Murid
== Rasa Takut Seluruh Murid ==


  Hal lain lagi yang menambah penderitaan Yesus adalah bahwa semua
Hal lain lagi yang menambah penderitaan Yesus adalah bahwa semua sahabat-Nya akan meninggalkan-Nya. Menurut Injil Matius, ketika Yesus ditangkap di Getsemani, "... semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri" (Matius 26:56). Yesus telah memperingatkan mereka dalam perjalanan dari ruangan atas menuju Getsemani, "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. ...." (ayat 31b) Bukannya menanggapi peringatan ini dengan kerendahan hati, Petrus justru bersikap ceroboh dan terlalu percaya diri. Dengan berani ia menyatakan bahwa ia siap membela Yesus, bahkan mati bagi-Nya. "Semua murid yang lainpun berkata demikian juga." (ayat 35b) Namun, "... semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri." (ayat 56) Bayangkan bagaimana perasaan Yesus tatkala mereka meninggalkan-Nya tepat saat hati-Nya sebagai manusia begitu merindukan dukungan dan dorongan mereka! Beberapa saat sebelumnya, ketika Dia sedang berdoa, Dia merasakan bahwa Bapa-Nya tengah menjauhkan diri dari-Nya. Allah harus melakukannya agar Yesus dapat "menjadi dosa karena kita" (2 Korintus 5:21). Kini dengan kepergian semua murid-Nya, Yesus kehilangan persahabatan dari manusia juga.
  sahabat-Nya akan meninggalkan-Nya. Menurut Injil Matius, ketika
  Yesus ditangkap di Getsemani, "... semua murid itu meninggalkan Dia
  dan melarikan diri" (Matius 26:56). Yesus telah memperingatkan
  mereka dalam perjalanan dari ruangan atas menuju Getsemani, "Malam
  ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. ...." (ayat 31b)
  Bukannya menanggapi peringatan ini dengan kerendahan hati, Petrus
  justru bersikap ceroboh dan terlalu percaya diri. Dengan berani ia
  menyatakan bahwa ia siap membela Yesus, bahkan mati bagi-Nya. "Semua
  murid yang lainpun berkata demikian juga." (ayat 35b) Namun, "...
  semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri." (ayat 56)
  Bayangkan bagaimana perasaan Yesus tatkala mereka meninggalkan-Nya
  tepat saat hati-Nya sebagai manusia begitu merindukan dukungan dan
  dorongan mereka! Beberapa saat sebelumnya, ketika Dia sedang berdoa,
  Dia merasakan bahwa Bapa-Nya tengah menjauhkan diri dari-Nya. Allah
  harus melakukannya agar Yesus dapat "menjadi dosa karena kita"
  (2 Korintus 5:21). Kini dengan kepergian semua murid-Nya, Yesus
  kehilangan persahabatan dari manusia juga.


  Saya ingat betul suatu peristiwa yang menunjukkan betapa besar arti
Saya ingat betul suatu peristiwa yang menunjukkan betapa besar arti persahabatan manusia tatkala seseorang menghadapi kematian. Saya telah meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dan berdoa dengan seorang bujangan yang sudah tua. Saya bermaksud untuk pergi meninggalkan ruangan dan kembali lagi nanti karena sadar ia tidak memunyai keluarga. Namun, dengan jarinya ia memberi isyarat kepada saya untuk kembali ke sampingnya. Ia tidak ingin sendirian. Saya tidak dapat meninggalkannya, untuk satu dua menit sekalipun. Ia tampak diliputi kedamaian dan segera terlelap dalam Yesus. Merasakan kehadiran orang lain tatkala menghadapi kematian merupakan hal yang sangat dibutuhkan manusia. Namun, kini Yesus melihat bahwa di sepanjang saat-saat yang mengerikan di depan-Nya hingga kematian-Nya kelak, Dia akan sendirian tanpa Bapa-Nya maupun para murid-Nya di sisi-Nya. Inilah cara Iblis menambahkan beban lain pada beban penderitaan dan kedukaan sang Juru Selamat kita.
  persahabatan manusia tatkala seseorang menghadapi kematian. Saya
  telah meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dan berdoa dengan
  seorang bujangan yang sudah tua. Saya bermaksud untuk pergi
  meninggalkan ruangan dan kembali lagi nanti karena sadar ia tidak
  memunyai keluarga. Namun, dengan jarinya ia memberi isyarat kepada
  saya untuk kembali ke sampingnya. Ia tidak ingin sendirian. Saya
  tidak dapat meninggalkannya, untuk satu dua menit sekalipun. Ia
  tampak diliputi kedamaian dan segera terlelap dalam Yesus.
  Merasakan kehadiran orang lain tatkala menghadapi kematian
  merupakan hal yang sangat dibutuhkan manusia. Namun, kini Yesus
  melihat bahwa di sepanjang saat-saat yang mengerikan di depan-Nya
  hingga kematian-Nya kelak, Dia akan sendirian tanpa Bapa-Nya maupun
  para murid-Nya di sisi-Nya. Inilah cara Iblis menambahkan beban
  lain pada beban penderitaan dan kedukaan sang Juru Selamat kita.


  Penyangkalan Petrus
== Penyangkalan Petrus ==


  Petrus, murid yang ketika di Kaisarea Filipi telah mengakui dengan
Petrus, murid yang ketika di Kaisarea Filipi telah mengakui dengan sangat agung bahwa Yesus adalah "Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:16b) turut menambah beban lain dalam penderitaan sang Juru Selamat. Sebelumnya, ketika Petrus dengan terburu-buru menyatakan keberaniannya, Yesus telah memeringatkannya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (Markus 14:30b) Meski menunjukkan keberaniannya, ia, seperti halnya murid-murid yang lain, melarikan diri ketika Yesus ditangkap. Petrus memang tidak betul-betul meninggalkan Yesus. Sambil mengambil jarak yang aman agar tidak dikenali sebagai murid Yesus, ia mengikuti kelompok yang menangkap Yesus "sampai ke dalam halaman Imam Besar" (ayat 54).
  sangat agung bahwa Yesus adalah "Mesias, Anak Allah yang hidup!"
  (Matius 16:16b) turut menambah beban lain dalam penderitaan sang
  Juru Selamat. Sebelumnya, ketika Petrus dengan terburu-buru
  menyatakan keberaniannya, Yesus telah memeringatkannya, "Aku
  berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga,
  sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga
  kali." (Markus 14:30b) Meski menunjukkan keberaniannya, ia, seperti
  halnya murid-murid yang lain, melarikan diri ketika Yesus
  ditangkap. Petrus memang tidak betul-betul meninggalkan Yesus.
  Sambil mengambil jarak yang aman agar tidak dikenali sebagai murid
  Yesus, ia mengikuti kelompok yang menangkap Yesus "sampai ke dalam
  halaman Imam Besar" (ayat 54).


  Di sini ia sekali lagi berusaha menyembunyikan identitasnya. Namun,
Di sini ia sekali lagi berusaha menyembunyikan identitasnya. Namun, tampaknya ia kelihatan janggal di antara para musuh Yesus. Tiga kali berturut-turut dan dalam waktu singkat ia berhadapan dengan orang yang menuduhnya sebagai salah seorang pengikut Tuhan. Tiga kali pula ia menyangkal hubungannya dengan Yesus. Kali yang ketiga, "Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: `Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!`" (ayat 71). Lukas melengkapi kisah itu: ".... Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus [perkataan Tuhan] kepadanya ... Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya." (Lukas 22:60-62) Saya kerap bertanya-tanya dalam hati apa yang ditangkap Petrus dalam tatapan mata Yesus. Saya yakin ia tidak melihat kemarahan atau penghinaan yang sangat besar di mata-Nya. Mungkin ia melihat tatapan kekecewaan. Namun terlepas dari semua itu, saya yakin ia melihat luka hati yang amat sangat dan juga lautan kasih dalam tatapan mata-Nya. Hal ini menghancurkan hati Petrus dan membuatnya menangis.
  tampaknya ia kelihatan janggal di antara para musuh Yesus. Tiga kali
  berturut-turut dan dalam waktu singkat ia berhadapan dengan orang
  yang menuduhnya sebagai salah seorang pengikut Tuhan. Tiga kali pula
  ia menyangkal hubungannya dengan Yesus. Kali yang ketiga, "Maka
  mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: `Aku tidak kenal orang yang
  kamu sebut-sebut ini!`" (ayat 71). Lukas melengkapi kisah itu: "....
  Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. Lalu
  berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus
  [perkataan Tuhan] kepadanya ... Lalu ia pergi ke luar dan menangis
  dengan sedihnya." (Lukas 22:60-62) Saya kerap bertanya-tanya dalam
  hati apa yang ditangkap Petrus dalam tatapan mata Yesus. Saya yakin
  ia tidak melihat kemarahan atau penghinaan yang sangat besar di
  mata-Nya. Mungkin ia melihat tatapan kekecewaan. Namun terlepas dari
  semua itu, saya yakin ia melihat luka hati yang amat sangat dan juga
  lautan kasih dalam tatapan mata-Nya. Hal ini menghancurkan hati
  Petrus dan membuatnya menangis.


  Lukas mengatakan bahwa ketika sebelumnya Yesus memeringatkan
Lukas mengatakan bahwa ketika sebelumnya Yesus memeringatkan sahabat-Nya yang terlalu percaya diri ini mengenai penyangkalan yang akan terjadi, Dia memulai perkataan-Nya demikian, "Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum." (Lukas 22:31) Ujian yang dirancang Iblis bagi Petrus sangat berat bagaikan guncangan kuat pada gandum di dalam sebuah penampi untuk memisahkan biji dari sekamnya. Dan karena "inilah kuasa kegelapan itu" (ayat 53), maka Iblis diberi keleluasaan. Keberanian Petrus pupus dan ia melakukan apa yang tidak pernah dibayangkan bakal diperbuatnya. Akan tetapi, doa Yesus dijawab, iman Petrus tidak melemah. Ia tidak pernah berhenti memercayai Yesus sebagai Mesias, Anak Allah. Ia bertobat dan kemudian dipulihkan (Yohanes 21:15-19).
  sahabat-Nya yang terlalu percaya diri ini mengenai penyangkalan
 
  yang akan terjadi, Dia memulai perkataan-Nya demikian, "Simon,
Selanjutnya Petrus menjadi seorang pengkhotbah yang tidak mengenal rasa takut dan penuh kuasa pada hari Pentakosta, hari lahirnya gereja (Kisah Para Rasul 2:1-41). Ia menjadi pemimpin terkemuka dalam pelayanan kerasulan bagi orang Yahudi. Ia menulis dua surat yang dimasukkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Ia menanggung siksaan yang kejam karena imannya dan mati sebagai martir. Iblis telah berhasil menjadikan Petrus alat untuk memperbesar penderitaan dan kepedihan Kristus dalam perjalanan-Nya menuju Kalvari, tetapi ia tidak mampu menghancurkan Petrus.
  Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti
  gandum." (Lukas 22:31) Ujian yang dirancang Iblis bagi Petrus
  sangat berat bagaikan guncangan kuat pada gandum di dalam sebuah
  penampi untuk memisahkan biji dari sekamnya. Dan karena "inilah
  kuasa kegelapan itu" (ayat 53), maka Iblis diberi keleluasaan.
  Keberanian Petrus pupus dan ia melakukan apa yang tidak pernah
  dibayangkan bakal diperbuatnya. Akan tetapi, doa Yesus dijawab,
  iman Petrus tidak melemah. Ia tidak pernah berhenti memercayai Yesus
  sebagai Mesias, Anak Allah. Ia bertobat dan kemudian dipulihkan
  (Yohanes 21:15-19).


  Selanjutnya Petrus menjadi seorang pengkhotbah yang tidak mengenal
  rasa takut dan penuh kuasa pada hari Pentakosta, hari lahirnya
  gereja (Kisah Para Rasul 2:1-41). Ia menjadi pemimpin terkemuka
  dalam pelayanan kerasulan bagi orang Yahudi. Ia menulis dua surat
  yang dimasukkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Ia menanggung
  siksaan yang kejam karena imannya dan mati sebagai martir. Iblis
  telah berhasil menjadikan Petrus alat untuk memperbesar penderitaan
  dan kepedihan Kristus dalam perjalanan-Nya menuju Kalvari, tetapi ia
  tidak mampu menghancurkan Petrus.
</pre>
   Diambil dari:
   Diambil dari:
   Judul buku: The Passion of Christ
   Judul buku: The Passion of Christ

Revisi terkini sejak 24 Mei 2010 03.15

Penting bagi kita untuk mencermati lebih dekat bagaimana dua belas pengikut terdekat Tuhan tanpa sadar telah menjadi alat Iblis dalam peperangan Iblis melawan Yesus. Setidaknya, Iblis memunyai dua tujuan ketika bekerja melalui sahabat Yesus. Pertama, ia sangat ingin meyakinkan Yesus bahwa manusia tidak layak menerima semua rencana yang akan dilakukan-Nya bagi mereka. Kedua, ia sangat membenci sang Juru Selamat sehingga bahkan jika ia gagal melaksanakan tujuan ini, ia dapat menambah penderitaan dan rasa malu dalam perjalanan-Nya ke kayu salib.

Kita harus ingat bahwa melalui kematian-Nyalah, bukan melalui penderitaan fisik dan psikologis yang mendahuluinya, Dia membayar harga dosa manusia. Dari dulu sampai sekarang, Allah bukanlah rentenir yang menuntut Yesus membayar dengan penderitaan yang layak kita terima karena dosa kita. Penderitaan dan rasa malu yang dialami Yesus dalam perjalanan-Nya menuju kematian terjadi karena Allah mengizinkan Iblis bertindak sekuat tenaga untuk menghancurkan Yesus dan memenangkan pertempurannya melawan Putra Allah itu. Fakta ini menjelaskan pernyataan yang telah Yesus ungkapkan kepada kelompok yang menangkap diri-Nya di Getsemani, "... inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu." (Lukas 22:53) Kita akan menelusuri peristiwa-peristiwa pada bagian kisah ini dalam urutan kronologisnya.

Sikap Masa Bodoh Petrus, Yakobus, dan Yohanes

Yesus memasuki Taman Getsemani kira-kira 1 jam sebelum tengah malam. Dia memberi tahu kedelapan murid-Nya untuk duduk dan berdoa. Lalu Dia mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes masuk lebih dalam ke taman itu dan berkata, "Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." (Matius 26:38b) Dia berjalan sedikit menjauh dari mereka, sujud ke tanah, berdoa, lalu kembali menghampiri ketiga murid-Nya itu dan mendapati mereka tertidur. Orang dapat merasakan luka batin dalam perkataan-Nya, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (ayat 40b-41). Dia tahu mereka akan segera dicobai untuk meninggalkan-Nya dan melarikan diri.

Fakta bahwa Dia mengulang rangkaian kejadian ini tiga kali -- yakni berdoa, kembali kepada para murid-Nya, dan berbicara kepada mereka -- jelas menunjukkan bahwa sedang terjadi sesuatu yang tidak beres. Biasanya Dia menghabiskan waktu berjam-jam dalam persekutuan dengan Bapa-Nya, tetapi saat ini Dia merindukan dukungan dari murid-murid-Nya. Tampaknya penjelasan terbaik untuk hal ini adalah Dia mulai merasa ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Dengan kesadaran bahwa Dia harus menjalani semua ini seorang diri, Yesus, yang telah mengesampingkan kemuliaan-Nya sebagai Allah untuk menjadi sama dengan kita, merasa sangat sedih. Dia harus menghadapi semua hal yang menanti-Nya itu dengan bentuk emosi, struktur tubuh, dan kerapuhan terhadap penderitaan yang sama seperti yang kita miliki bila kita menghadapi berbagai ujian kehidupan.

Tidurnya para murid mungkin dapat kita mengerti. Benar, mereka telah melewati hari yang sangat melelahkan. Saat itu, hari sudah hampir tengah malam dan mereka mengantuk. Namun, semestinya mereka menyadari ada hal tidak wajar dan menakutkan yang sedang terjadi. Guru mereka sangat menderita dan dari mereka diharapkan akan saling menjaga apabila tahu bahwa mereka dibutuhkan. Kurangnya simpati yang tulus dari para murid menambah penderitaan Juru Selamat kita.

Pengkhianatan Yudas

Nama Yudas Iskariot identik dengan pengkhianatan. Ia adalah murid Yesus yang membawa musuh-musuh Yesus kepada-Nya, mengidentifikasikan Yesus dengan sebuah ciuman. Karena Yesus telah memilihnya sebagai salah seorang dari kedua belas murid-Nya, Dia pasti melihat

sifat-sifat dalam dirinya yang sesuai dengan para murid lainnya. Yesus telah menghargai Yudas dengan menjadikannya bendahara kelompok kecil ini. Dia memasukkan Yudas bersama yang lain sebagai salah seorang dari kedua belas murid-Nya ketika Dia "... memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan." (Matius 10:1) Namun, lelaki yang tampaknya memiliki potensi besar untuk melayani Kerajaan Kristus ini malah menjadi alat musuh.

Ketika Yudas melihat bahwa Yesus belum siap mendirikan kerajaan yang telah dinantikan sejak lama, tampak jelas bahwa ia sakit hati dan mulai mencuri "uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya" (Yohanes 12:6). Yesus mengetahui apa yang dilakukan Yudas dan telah menyadari pengkhianatan yang sedang direncanakannya, jauh sebelum ia menjalankannya. Sebelumnya Yesus telah menyebut Yudas "iblis" (Yohanes 6:70). Namun Dia menyebutnya dengan cara yang tidak kelihatan agar murid yang lain tidak tahu siapa yang Dia maksud. Pada senja Kamis terakhir itu, dengan jelas Yesus menyatakan bahwa salah seorang dari kedua belas murid-Nya akan mengkhianati-Nya. Dia mengatakan bahwa pengkhianat ini akan melakukan hal yang sama terhadap-Nya seperti yang dilakukan seorang sahabat terhadap Daud di masa silam, sembari mengutip Mazmur 41:10. "Orang yang makan roti- Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku." (Yohanes 13:18)

Selanjutnya malam itu, ketika Yesus merayakan Paskah bersama para rasul, Dia memberi Yudas tempat terhormat di sisi kiri-Nya, dan Yohanes di sisi kanan-Nya. Hal ini menjelaskan mengapa Dia dapat bercakap-cakap dengan keduanya tanpa terdengar murid-murid lainnya. Tidak lama setelah mereka mulai makan, Yesus mengindentifikasi pengkhianat itu kepada Yohanes saja dengan cara mencelupkan sepotong roti ke dalam pinggan dan memberikannya kepada Yudas. Penghormatan ini biasanya dirasakan sebagai tanda kasih yang diberikan untuk seseorang yang istimewa. Saya yakin itu merupakan suatu permohonan penuh kasih dari Yesus -- permohonan yang lembut untuk bertobat. Saat itu perasaan Yudas pasti berkecamuk, tetapi ia begitu mengeraskan hatinya sehingga ia dapat menolak semua nalurinya yang lebih baik dan melaksanakan yang jahat di hatinya. Hanya setelah Yudas meninggalkan ruangan atas dan tidak kembali, barulah Yesus menyebutnya sebagai yang "telah ditentukan untuk binasa" (Yohanes 17:12).

Yudas bukanlah korban tidak bersalah dari hukum Allah yang telah ditetapkan sebelumnya. Ia harus mempertanggungjawabkan keputusannya sendiri. Seharusnya ia tidak bertindak demikian. Jika waktu itu ia menanggapi peringatan terselubung Yesus dengan hati yang telah berubah, maka perkataan Daud dalam Mazmur 41:10 hanya berlaku untuk Raja Daud. Tidak akan berlaku lebih luas lagi. Saat merenungkan nubuat Yesus bahwa salah seorang dari kedua belas murid-Nya akan mengkhianati-Nya, kita harus ingat bahwa pemberitahuan tentang apa yang akan terjadi pada masa mendatang semacam itu acap kali tidak bersyarat. Misalnya, dengan perintah dari Allah, Yunus memberitakan kepada orang Niniwe, "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." (Yunus 3:4b) Menurut catatan, hanya itu yang dikatakan Yunus. Ia tidak menyerukan agar mereka bertobat dan tidak menjanjikan belas kasihan jika mereka bertobat. Namun "Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya." (ayat 10)

Contoh yang lain adalah pengalaman Hizkia. Yesaya berkata kepadanya, "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi" (2 Raja-raja 20:1). Ia tidak memberi petunjuk bahwa pernyataan ini bersyarat. Namun, ketika raja berdoa dan menangis, Tuhan menghentikan Nabi Yesaya sebelum ia meninggalkan istana, memberitahukannya untuk kembali kepada raja dengan membawa kabar baik bahwa Dia telah mendengar doa Hizkia dan akan memberinya perpanjangan hidup 15 tahun lagi (ayat 5,6).

Pemberitahuan yang diberikan Allah dalam Alkitab merupakan peringatan tentang apa yang akan terjadi jika manusia atau bangsa-bangsa yang dimaksud tetap bersikeras berada pada jalan mereka saat itu. Allah melihat hati, dan mengetahui apa yang ada di dalam hati ketika peringatan diberikan. Jika melihat adanya perubahan hati, Dia akan membatalkan peringatan itu. Kemampuan Allah melihat sesuatu sebelum hal itu terjadi tidak perlu diragukan lagi. Allah tahu isi hati Yudas dan apa yang akan dilakukannya. Namun kemampuan Allah itu tidak memadamkan hasrat Yudas. Andaikata ia berubah pikiran, mengakui dosanya, dan memohon pengampunan, tentu Allah juga telah mengetahui hal itu sebelumnya. Ia akan membiarkan Yudas melanjutkan pelayanannya dan menjadi salah satu tonggak gereja. Begitulah cara kerja Allah. Dia tidak menjadikan seseorang sebagai sebuah pion yang tidak berdaya di atas papan catur takdir. Sebaliknya, "... Ia sabar ... menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9b)

Seperti yang telah kita lihat, interaksi antara kehendak ilahi dan kehendak manusia itu nyata, bahkan pada zaman Perjanjian Lama. Melalui nabi Yeremia, Tuhan telah bersabda, "Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan, dan membinasakannya. Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka." (Yeremia 18:7-8) Fakta bahwa Yudas menjadi seseorang yang "telah ditentukan untuk binasa" bukanlah pekerjaan Allah. Nasib ini adalah akibat perbuatan sang murid itu sendiri.

Kita seharusnya juga berhati-hati untuk tidak melupakan peran penting yang dimainkan Iblis dalam skenario yang menyedihkan ini. Di atas telah ditunjukkan bahwa tindakan Yesus mencelupkan roti ke dalam pinggan dan memberikannya kepada Yudas merupakan suatu tanda penghormatan yang istimewa. Rasul Yohanes mengatakan "Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis." (Yohanes 13:27a) Iblis dapat melakukan hal itu karena Yudas telah membuka pintu baginya dengan merencanakan pengkhianatan terhadap Yesus. Tidak diragukan lagi, Iblis memperkuat keputusan Yudas. Iblis mungkin telah berharap bahwa perbuatan buruk yang dilakukan salah seorang murid Yesus ini akan sangat menghancurkan hati-Nya sehingga Dia akan memutuskan bahwa manusia tidak layak mendapatkan penebusan-Nya.

Satu hal yang jelas: Iblis tahu bahwa pengkhianatan yang kejam dari seorang sahabat akan menambah beban penderitaan yang telah dipikul Yesus. Dikhianati oleh seseorang yang Anda kasihi dan percayai, seseorang yang Anda ajak untuk berbagi rahasia selama ini, merupakan salah satu luka batin yang terdalam di dalam hidup. Anda dapat merasakan denyut penderitaan dalam ucapan Daud, "Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku." (Mazmur 41:10) Inilah saatnya Iblis bekerja. Jika ia tidak dapat mencegah Kristus ke kayu salib, setidaknya ia dapat menambah penderitaan dan rasa malu yang ditanggung sang Juru Selamat. Iblis tahu bahwa pengkhianatan yang kejam dari seorang sahabat akan menambah beban penderitaan yang telah dipikul Yesus.

Rasa Takut Seluruh Murid

Hal lain lagi yang menambah penderitaan Yesus adalah bahwa semua sahabat-Nya akan meninggalkan-Nya. Menurut Injil Matius, ketika Yesus ditangkap di Getsemani, "... semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri" (Matius 26:56). Yesus telah memperingatkan mereka dalam perjalanan dari ruangan atas menuju Getsemani, "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. ...." (ayat 31b) Bukannya menanggapi peringatan ini dengan kerendahan hati, Petrus justru bersikap ceroboh dan terlalu percaya diri. Dengan berani ia menyatakan bahwa ia siap membela Yesus, bahkan mati bagi-Nya. "Semua murid yang lainpun berkata demikian juga." (ayat 35b) Namun, "... semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri." (ayat 56) Bayangkan bagaimana perasaan Yesus tatkala mereka meninggalkan-Nya tepat saat hati-Nya sebagai manusia begitu merindukan dukungan dan dorongan mereka! Beberapa saat sebelumnya, ketika Dia sedang berdoa, Dia merasakan bahwa Bapa-Nya tengah menjauhkan diri dari-Nya. Allah harus melakukannya agar Yesus dapat "menjadi dosa karena kita" (2 Korintus 5:21). Kini dengan kepergian semua murid-Nya, Yesus kehilangan persahabatan dari manusia juga.

Saya ingat betul suatu peristiwa yang menunjukkan betapa besar arti persahabatan manusia tatkala seseorang menghadapi kematian. Saya telah meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dan berdoa dengan seorang bujangan yang sudah tua. Saya bermaksud untuk pergi meninggalkan ruangan dan kembali lagi nanti karena sadar ia tidak memunyai keluarga. Namun, dengan jarinya ia memberi isyarat kepada saya untuk kembali ke sampingnya. Ia tidak ingin sendirian. Saya tidak dapat meninggalkannya, untuk satu dua menit sekalipun. Ia tampak diliputi kedamaian dan segera terlelap dalam Yesus. Merasakan kehadiran orang lain tatkala menghadapi kematian merupakan hal yang sangat dibutuhkan manusia. Namun, kini Yesus melihat bahwa di sepanjang saat-saat yang mengerikan di depan-Nya hingga kematian-Nya kelak, Dia akan sendirian tanpa Bapa-Nya maupun para murid-Nya di sisi-Nya. Inilah cara Iblis menambahkan beban lain pada beban penderitaan dan kedukaan sang Juru Selamat kita.

Penyangkalan Petrus

Petrus, murid yang ketika di Kaisarea Filipi telah mengakui dengan sangat agung bahwa Yesus adalah "Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:16b) turut menambah beban lain dalam penderitaan sang Juru Selamat. Sebelumnya, ketika Petrus dengan terburu-buru menyatakan keberaniannya, Yesus telah memeringatkannya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (Markus 14:30b) Meski menunjukkan keberaniannya, ia, seperti halnya murid-murid yang lain, melarikan diri ketika Yesus ditangkap. Petrus memang tidak betul-betul meninggalkan Yesus. Sambil mengambil jarak yang aman agar tidak dikenali sebagai murid Yesus, ia mengikuti kelompok yang menangkap Yesus "sampai ke dalam halaman Imam Besar" (ayat 54).

Di sini ia sekali lagi berusaha menyembunyikan identitasnya. Namun, tampaknya ia kelihatan janggal di antara para musuh Yesus. Tiga kali berturut-turut dan dalam waktu singkat ia berhadapan dengan orang yang menuduhnya sebagai salah seorang pengikut Tuhan. Tiga kali pula ia menyangkal hubungannya dengan Yesus. Kali yang ketiga, "Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: `Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!`" (ayat 71). Lukas melengkapi kisah itu: ".... Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus [perkataan Tuhan] kepadanya ... Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya." (Lukas 22:60-62) Saya kerap bertanya-tanya dalam hati apa yang ditangkap Petrus dalam tatapan mata Yesus. Saya yakin ia tidak melihat kemarahan atau penghinaan yang sangat besar di mata-Nya. Mungkin ia melihat tatapan kekecewaan. Namun terlepas dari semua itu, saya yakin ia melihat luka hati yang amat sangat dan juga lautan kasih dalam tatapan mata-Nya. Hal ini menghancurkan hati Petrus dan membuatnya menangis.

Lukas mengatakan bahwa ketika sebelumnya Yesus memeringatkan sahabat-Nya yang terlalu percaya diri ini mengenai penyangkalan yang akan terjadi, Dia memulai perkataan-Nya demikian, "Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum." (Lukas 22:31) Ujian yang dirancang Iblis bagi Petrus sangat berat bagaikan guncangan kuat pada gandum di dalam sebuah penampi untuk memisahkan biji dari sekamnya. Dan karena "inilah kuasa kegelapan itu" (ayat 53), maka Iblis diberi keleluasaan. Keberanian Petrus pupus dan ia melakukan apa yang tidak pernah dibayangkan bakal diperbuatnya. Akan tetapi, doa Yesus dijawab, iman Petrus tidak melemah. Ia tidak pernah berhenti memercayai Yesus sebagai Mesias, Anak Allah. Ia bertobat dan kemudian dipulihkan (Yohanes 21:15-19).

Selanjutnya Petrus menjadi seorang pengkhotbah yang tidak mengenal rasa takut dan penuh kuasa pada hari Pentakosta, hari lahirnya gereja (Kisah Para Rasul 2:1-41). Ia menjadi pemimpin terkemuka dalam pelayanan kerasulan bagi orang Yahudi. Ia menulis dua surat yang dimasukkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Ia menanggung siksaan yang kejam karena imannya dan mati sebagai martir. Iblis telah berhasil menjadikan Petrus alat untuk memperbesar penderitaan dan kepedihan Kristus dalam perjalanan-Nya menuju Kalvari, tetapi ia tidak mampu menghancurkan Petrus.

 Diambil dari:
 Judul buku: The Passion of Christ
 Judul artikel: Para Murid Kristus
 Penulis: Martin R. De Haan II
 Penerjemah: Ellen Hanafi
 Penerbit: Yayasan Gloria, Yogyakarta 2005
 Halaman: 36 -- 53

Templat:Misi:Footer